PENGARUH (AMOC) TERHADAP PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

Iklim global telah menjadi topik utama dalam diskusi ilmiah dan politik selama beberapa dekade terakhir. Perubahan iklim global menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar orang, karena ada bahaya besar yang akan datang disebabkan perubahan iklim global ini. Di Indonesia kita sudah melihat banyak sekali bencana alam akibat dari perubahan iklim ini, terlebih lagi Indonesia adalah negara tropis yang terletak di garis khatulistiwa bumi. Dilansir dari greenpeace.org, Perserikatan Bangsa-Bangsa (IPCC) merilis laporan teranyar mengenai situasi iklim terkini pada Senin, 20 Maret 2023. Dalam AR6 Synthesis Report ini, IPCC menyatakan bahwa krisis iklim yang disebabkan oleh manusia (human-caused climate change) telah terjadi secara cepat serta meningkatkan intensitas dan frekuensi terjadinya cuaca ekstrem di setiap wilayah dunia, di antaranya gelombang panas yang semakin intens, hujan lebat, kekeringan, hingga siklon tropis.

Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampak dari perubahan iklim global yaitu akhir-akhir ini sepanjang tahun 2023 sampai dengan 2024 banyak sekali berita terjadinya bencana alam seperti banjir, angin topan, hingga dampak tak langsung dari siklon tropis yang ada disekitar Indonesia. Beruntungnya, Indonesia merupakan wilayah tropis yang terletak di garis khatulistiwa yang didukung pula oleh angin pasat, Angin pasat membantu menentukan cuaca dan iklim di Indonesia, yang merupakan negara tropis. Ketika adanya perkembangan siklon tropis di wilayah sekitar Indonesia, maka angin pasat akan membelokkannya ke utara dan selatan sehingga Indonesia hanya akan mendapatkan dampak tak langsung nya saja seperti hujan badai dan angin kencang yang berlangsung sekiranya 3 hari.

Mengutip situs resmi NOAA, tahun 2022, suhu bumi mengalami anomali kenaikan 0,86 derajat Celcius. Ini menjadikan suhu bumi terpanas keenam dalam periode tahun 1880-2022. Rekor terjadi di tahun 2016, saat terjadi anomali kenaikan 0,99 derajat Celcius. Di Indonesia, BMKG mencatat, suhu udara rata-rata bulan Juni 2023 adalah sebesar 27,0 derajat Celcius, sementara normal suhu udara klimatologis untuk bulan Juni 2023 periode 1991-2020 di Indonesia adalah sebesar 26,5 derajat Celcius. Penyebab terjadinya suhu udara rata-rata yang makin meningkat adalah disebabkan pemanasan global dan akibat dari sifat rakus manusia yang ingin mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memikirkan dampaknya.

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi iklim global adalah Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC). Dilansir dari kompas.com terdapat penjelasan mengenai AMOC yaitu dalam penelitian berjudul "Physics-based early warning signal shows that AMOC is on tipping course" yang diterbitkan jurnal Science Advances memperingatkan, kerusakan sirkulasi Samudera Atlantik merupakan sinyal merah yang harus diwaspadai umat manusia. Untuk diketahui, AMOC adalah sirkulasi laut di Samudera Atlantik yang membawa panas, karbon, dan nutrisi dari daerah tropis menuju Lingkaran Arktik.

AMOC adalah bagian penting dari sistem peredaran global air laut. Ini mengalirkan air hangat dari khatulistiwa ke utara dan air dingin kembali ke selatan, menciptakan pola sirkulasi yang mempengaruhi iklim di seluruh dunia. Namun, perubahan dalam AMOC dapat memiliki konsekuensi besar terhadap iklim global. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemanasan global dapat memperlambat atau bahkan menghentikan AMOC, yang dapat menyebabkan perubahan dramatis dalam pola cuaca global.

Salah satu dampak utama dari perubahan AMOC adalah peningkatan suhu di wilayah-wilayah tertentu, terutama di Eropa Utara. AMOC membawa air hangat dari khatulistiwa ke utara, yang membantu menjaga suhu di wilayah tersebut relatif lebih tinggi daripada yang seharusnya. Namun, jika AMOC melemah, wilayah-wilayah ini dapat mengalami penurunan suhu yang signifikan, dengan konsekuensi serius bagi ekosistem dan masyarakat lokal. Selain itu, perubahan dalam AMOC juga dapat mempengaruhi pola curah hujan di berbagai belahan bumi. Dengan mengatur distribusi panas di seluruh planet, AMOC mempengaruhi pembentukan awan dan pola angin, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi pola hujan. Melansir dari detik.com sebuah studi ilmiah menyebutkan, perubahan besar yang terjadi pada cuaca antara lain termasuk kondisi sangat dingin di Eropa dan sebagian Amerika Utara, serta naiknya permukaan laut di beberapa bagian. Ini dapat memiliki dampak besar pada pertanian, pasokan air, dan ekosistem air tawar di banyak wilayah.

Perubahan dalam AMOC juga dapat berdampak pada tingkat kenaikan permukaan laut di seluruh dunia. Sistem sirkulasi ini memainkan peran penting dalam distribusi panas di lautan, yang mempengaruhi suhu air dan volume es laut. Jika AMOC melemah atau terganggu, ini dapat menyebabkan peningkatan suhu air laut dan pelelehan es laut yang lebih cepat, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Terdapat sebuah film yang menampilkan betapa menyeramkannya efek AMOC ini jika terjadi yaitu film “The Day After Tomorrow” yang rilis pada tahun 2004.

Tentu saja, prediksi perubahan dalam AMOC dan dampaknya terhadap iklim global masih merupakan bidang penelitian yang aktif dan kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku AMOC, termasuk perubahan iklim global secara keseluruhan, pola sirkulasi laut lokal, dan interaksi dengan sistem lain seperti El Niño. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih baik tentang AMOC dan dampaknya terhadap iklim global sangat penting untuk upaya mitigasi perubahan iklim di masa depan. Sejak 1950, AMOC dilaporkan telah mengalami perlambatan sebesar 15 persen berada pada kondisi terlemahnya dalam lebih  dari 1.000 tahun.

Dalam upaya untuk mengatasi perubahan iklim global, penting untuk memperhitungkan peran AMOC. Kebijakan mitigasi yang efektif harus mempertimbangkan potensi perubahan dalam sistem sirkulasi laut ini dan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko gangguan yang signifikan. Dengan memahami dan menghargai peran AMOC dalam mengatur iklim global, kita dapat lebih baik mempersiapkan diri menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks di masa depan. Selain dari memperhatikan peran AMOC dalam mempengaruhi iklim global disini juga kita dituntut untuk tetap melakukan upaya-upaya perbaikan alam dan mengurangi penggunaan sumber daya yang berlebihan.

Di Indonesia beberapa tahun kebelakang banyak sekali kejadian bencana alam hujan badai yang tidak biasa seperti angin kencang yang bisa merusak rumah dan fasilitas umum. Pada bulan februari 2024 lalu kita dikejutkan oleh bencana mirip Angin Tornado di Rancaengkek, Jawa Barat yang memiliki kecepatan angin sekitar 65 Km/jam atau masuk kategori tornado Skala Fujita di level 0 menurut Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin. Fenomena alam yang tidak biasa terjadi di Indonesia ini terlebih bencana alam yang sangat langka dan jarang terjadi di Indonesia saja bisa terjadi saat ini di tahun 2024. Besar kemungkinan efek dari AMOC sendiri yang menyebabkan iklim global tidak stabil karena yang seharusnya air hangat ke utara dan angin dingin ke selatan terdistribusi dengan baik menjadi buruk keadaannya. Jika air laut naik dan volume air bertambah akibat pengaruh AMOC ini maka curah hujan ekstrim tidak terhindarkan lagi akibat dari proses kondensasi yang berlebihan di udara, secara tidak langsung dapat terjadi banjir besar juga di sebagian atau beberapa wilayah Indonesia. Efek AMOC untuk sekarang saja kita sudah merasakan dampaknya walau hanya sebagian kecil saja, tentu kita sebagai manusia harus bisa melestarikan alam dan bukan malah rakus untuk menguasai dan mengeksploitasinya dengan semena-mena.

Langkah pemerintah Indonesia dalam menangani serta menanggulangi bencana alam yang kemungkinan besar akan melanda Indonesia kedepannya harus dipersiapkan dengan baik tentunya. Pengaruh AMOC ini tidak bisa kita anggap remeh, Indonesia diperkirakan bisa terkena dampak yang berbahaya karena AMOC yang melemah ini, seperti panas ekstrim yang bisa saja terjadi kedepannya karena distribusi air hangat ke utara yang terhenti dan melambat. Proses untuk memperbaiki keadaan bumi dan ekosistemnya tentu tidak mudah apalagi pada zaman teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini. Banyak orang-orang yang melihat keuntungan saja ketika mengambil sumber daya alam di bumi, namun sedikit dari mereka yang memperhitungkan pula dampaknya bagi keberlangsungan bumi kedepannya.

Maka dari itu, langkah pertama yang harus kita lakukan untuk menyelamatkan bumi untuk generasi selanjutnya adalah dengan menanam lebih banyak pohon, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor yang menyebabkan polusi, memberlakukan regulasi yang ketat untuk pembuangan limbah pabrik dan industri, dan juga menjaga lingkungan dari sampah serta menjaga agar alam disekitar kita tetap asri dan bersih serta melestarikannya dengan baik. Kita mengetahui bahwa langkah-langkah yang kita lakukan mungkin saja sulit untuk diimplementasikan, namun percayalah kalau langkah-langkah tersebut bisa kita mulai dari diri kita sendiri, ini demi keberlangsungan bumi dan agar anak cucu kita serta generasi selanjutnya dapat tetap hidup dengan baik

Karel Trisnanto Utomo

Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, Politeknik Harapan Bersama

18 April 2024 - 15:40:50 WIB   0
Artikel Mahasiswa   Politeknik Harapan Bersama   Prodi D-4 Teknik Informatika  

Share:

Tinggalkan Komentar

Email dan No. HP tidak akan kami publikasikan

Info Penerimaan Mahasiswa